Sabtu, 12 Mei 2012

TELAGA NGEBEL DAN MITOSNYA

dalam tulisan ini penulis akan mencoba mengupas sejarah terbentuknya telaga ngebel, telaga yang indah yang letaknya berada di kaki gunung wilis ini cocok untuk di jadikan tempat wisata alam, penulis juga pernah beberapa kali berkunjung ke telaga ngebel dan memang penulis akui bahwa telaga ngebel memberikan pesona yang indah dan kesejukan saat duduk ditepian telaga yang banyak di tumbuhi pohon besar yang rimbun. "baiklah" sekarang kita kembali ke format penulisan awal bahwa penulis akan mengupas sejarah terbentuknya telaga ngebel secara abstrak, dalam tulisan ini penulis tidak mempunyai cukup bukti kuat untuk mengupas sejarah. namun penulis mencoba menguraikan pemahaman tentang sejarah terbentuknya telaga ngebel, mungkin sebaiknya saya tak perlu panjang lebar bertele-tele menjelaskan yang tidak perlu.
Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah seekor ular naga bernama "Baru Klinting". Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.
Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel. Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro
nah itu sepengal kisah tentang Legenda Telaga Ngebel yang menurut penulis dasarnya adalah mitos yang tidak dapat dipertanggungjababkan kebenarnnya , lalu bagaimana jika dilihat dari science atau ilmu pengetahuan? apakah sejalan dengan mitos bahwa terbentuknya telaga ngebel adalah lidi yang ditancapkan oleh seorang anak kecil yang tadinya adalah seekor ular naga yang sedang bertapa yang kemudian di potong-potong oleh masyarakat untuk di jadikan makanan dan syembara mencabut lidi pun di gelar. tak ada satupun dari mereka dapat mencabut lidi yang di tancapakan si baru klinting. dan hanya baru klinting saja yang dapat mencabutnya sehingga dari tempat lidi di tancapakan tersebut mucul mata air yang kemudian menenggelamkan yang konon telaga tersebut adalah sebuah desa. dari sini penulis menyimpulkan bahwa cerita mitos ini tak lain adalah karangan semata dan sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannnya. disini penulis berpendapat bahwa terbentuknya letaga ngebel tersebut dari sebuah letusan gunung berapi yang meletus ribuan tahun yang lalu atau mungkin ratusan tahun yang lalu sehingga dampak dari letusan tersebut membentuk sebuah kaldera yang cukup luas dan kemudian muncul sumber air, penulis juga sangat yakin bahwa telaga tersebut terbentuk dari sebuah letusan vulkanis karena terdapat bebrapa bukti yang menunjukkan bahwa tulisan ini dapat di teliti lebih lanjut, yaitu terdapat sumber air panas yang letaknya sekitar 500 m keluar dari lokasi telaga ngebel, penulis lupa nama daerah tersebut tetapi penulis pernah ke lokasi air panas tersebut. kemudian bukti mengarah pada kematian mendadak pada ikan yang dibudidayakan oleh petani tambak di sekitar telaga ngebel, penulis berasumsi bahwa penyebab kematian ikan ini disebabkan oleh suatu gas beracun yang berasa dari pusat kawah kaldera dalam telaga tersebut. kejadian ini cukup sering dialami oleh petani tambak tersebut dan itu sebagai tanda bahwa terdapat aktifitas geologis yang memperkuat bukti bahwa telaga tersebut terbentuk dari sebuah letusan gunung berapi bukan sebuah mitos naga yang bertapa kemudian di bunuh untuk di jadikan makanan. bukti berikutnya yaitu penambangan pasir yang saya tidak tu persis letak penambangannya akan tetapi sampai saat ini penambangan itu masih terus berlangsung karena penulis sendiri melihat truk keluar masuk membawa pasir dan juga penulis mempunyai kerabat yang bertempat tinggal di sekitar telaga ngebel.

kesimpulan penulis:
mitos yang selama ini di dengar oleh meraka yang pernah mendengarkan bahwa telaga ngebel terbentuk oleh sebuah mitos Baru Klinting yang sedang bertapa kemudian di bunuh dan di jadikan makanan adalah sebuah kebohongan besar, bukti untuk menguatkan motologi itu tidak ada. bukti-bukti yang menegaskan bahwa telaga ngebel terbentuk dari sebuah letusan vulkanis menurud penulis sangat rasional yang di kuatkan oleh bukti adanya air panas, kemtian ikan tambak karena keracunan, penambangan pasir yang lokasinya berada sebelum telaga ngebel. 

Kamis, 10 Mei 2012

PENDENGAR

Menjadi seorang pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah seperti kedengarannya, karena fatanya tidak banyak yang mampu mendengarkan. mungkin terlalu cepat jika saya langsung ke poin masalahnya, baik sekarang kita kupas dulu apa yang disebut dengan pendengar. "Pendengar" kata yang kata dasarnya adalah DENGAR, kita semua tau dan memahami benar arti kalimat itu! namun pada realitanya tidak banyak yang benar-benar paham dengan kalimat "dengar" ini. penulis sering menemui beberapa contoh tipe seseorang yang mempunyai kesulitan mendengar. yang saya maksud dengan kesulitan mendengar buka berarti tuli tapi kesulitan mendengar yang saya maksud adalah kemampuan menerima sebuah pemikiran orang lain yang kita dengarkan. mendengar merupakan sebuah keseharusan yang setiap saat kita lakukan dan mendengar merupakan relfleksi dari sumber suara yang  diterima oleh telinga kemudian diproses dalama otak yang menghasilkan sebuah pertanyaan dan kesimpulan.
namun dalam beberapa contoh dalam masyarakat, komunitas, pergaulan, tidak banyak yang mampu mendengar dengan baik, walaupun yang didengarnya mungkin tidak sependapat atau mungkin menyakitkan hati. rata-rata yang banyaka saya temui adalah mereka yang mau mendengar adalah pribadi yang pendidikannya sedikit lebih baik, namun tidak banyak orang yang berkategori Berpendidikan ini yang mampu mendengar deang baik. tetap ada orang yang berpendidikan ini yang selalu ingin menang sendiri, lalu saya simpilkan bahwa kemampuan mendengara adalah sebuah sifat turunan dari orang tua dan pola pendidikan dalam pembentukan karakternya. lalu yang perlu di petanyakan adalah? seberapa penting kemampuan mendengar ini untuk di pelajari? saya menjawab kemampuan ini cukup penting! karena dengan mendengar kita bisa banyak belajar dan tahu secara keilmuan ataupun pengalaman dari yang kita dengarkan, dengan kemampuan mendengar yang baik tentu sudah akan merubah pribadi kita yang mengarah pada suatu kebijakan berfikir, menganalisa, merasakan, membuat kesimpulan, dan memutuskan sebuah logika yang kita dengarkan. pada dasarnya kita semua telah di ajarkan untuk mendengar sejak kita lahir, mulai saat kita masuk sebuah lembaga pendidikan. namun semua pelajaran semacam ini yang melalalui pendidikan tidak menjamin seseorang yang mampu menjadi pendengar yang baik. hal ini di tentukan oleh sebuah psikologis dan emosi masing-masing individu dan tidak dapat dipaksakan. namun dapat berubah jika ada sebuah kemauan untuk belajar. karena mendengar adalah sebuah cara yang efisien untuk manusia belajar mengontrol emosi dan menguasainya, menjadi pribadi yang tangguh dengan segala resiko hidup, memberikan ketenangan batin karena kita sudah mendapat kesimpulan tentang apa yang kita dengarkan, menjadikan jiwa yang penuh tanya dan mempertanyakan atas segala hal yang kita lihat dan kita fikirkan. mendengar tidak akan menjadikan ada bodoh atau mungkin dengan bahasa yang lebih tajam adalah tolol, "tidak" sama sekali. mendengar adalah media belajar pertama sejak manusia pertama menjadi penghuni bumi, jika anda sama sekali tidak bisa menjadi pendengar yang baik anda berarti belum bisa menguasai emosi anda, namun jika anda punya keinginan untuk belajar anda mampu merubah pribadi anda yang saya namakan kaku ini. hidup kita sangatlah singkat, jadi marilah kita tanamkan dalam hati kita untuk terus belajar sampai ajal menjemput, jangan membatasi diri untuk belajar - belajar - belajar. belajar segala hal yang baik dan berguna untuk diri kita dan yang lebih penting adalah untuk kehidupan generasi kita yang lebih baik dari saat ini yang kita nikmati. hidup kita lebih berharga dari sekadar materi - materi yang hanya sesaat, namun ilmu, pengetahuan, pengalaman bersifat kekal.

renungan malam
by: Langit Biru